Dear daughter,
Suatu saat kamu akan menemukan bahwa cinta
tidak semudah yang kita lihat di film atau kita baca di novel Harlequin. Hal
itu semakin rumit jika cinta berhadapan dengan pernikahan. Aku berharap 25
tahun dari sekarang semua norma tentang pernikahan yang baik atau tidak baik sudah
di hapus dari muka bumi ini, sehingga apa yang aku akan sampaikan sekarang
sudah tidak relevan lagi. Bahagia untukmu.
Bagi beberapa orang yang beruntung, mereka
akan menikahi orang yang mereka cintai. Itu juga kalau tidak dalam 5 atau 10
tahun kemudian cinta bertranformasi ke dalam bentuk yang lain. Eternal flame?
Itu jika ketersediaan gas dalam bumi mencukupi, sehingga udara yang bergesekan
bisa membentuk (seolah) api abadi. Abadi menurut siapa? Menurut usia kita?
Belum tentu menurut usia anak cucu. Demikian pula cinta, atau semacamnya. Cinta
di awal pernikahan yang menggebu bisa meredup ketika berhadapan dengan realita
kehidupan. Belum tentu orang yang kita cintai setengah mati bisa menjadi rekan
hidup. Ada kala nya mereka mengekang, ada kala nya ada sesuatu dalam diri kita
yang hilang, itu mengakibatkan perasaan menjadi mengambang, bimbang, kemudian cinta
hilang. Tapi ada beberapa yang pandai menyesuaikan diri, jika cinta berubah
wujud mereka pun menyiapkan wadah baru untuk menampung wujud yang baru. Terus
menerus. Selama sisa hidup mereka. Ketika lelah, mereka berpisah. Lalu
melanjutkan siklus yang sama, hanya dengan orang yang berbeda. Sampai mereka
mati.
Untuk sebagian orang lagi, mereka ditakdirkan
menikahi sahabat mereka. Bagusnya dibanding dengan cinta yang bicara, ketika
kita tidak sepaham itu tidak terlalu menyakitkan. Karena sahabat sudah terlatih
menghadapi kita. Semua berjalan mulus, sedikit kerikil itu biasa, tapi tetap
bisa sejalan bergandeng tangan. Jangan bicara rasa, toh cinta tidak selalu
sempurna. Untuk kasus seperti ini, kau harus siap dengan segala konsekuensi. Ada
saatnya kau akan bertemu dengan orang yang membuat hati mu serasa di pukul palu
bertalu-talu. Memar, bengkak, tapi tidak sampai pecah. Sehingga pahit dan ngilu
nya hanya kau yang tau. Lalu kau melihat suami mu. Ternyata menikah dan cinta
adalah dua hal yang berbeda. Jika kau bijak maka kau akan tahu, bahwa tahapan
perasaan yang kau rasakan kepada suami mu bisa saja lebih tinggi di banding dengan
cinta palu-mu. Kau memang tidak
merasakan apa pun, tapi apa yang dibutuhkan lagi jika semua sudah terpenuhi?
Sedang cinta palu-mu itu, lupakan.
Waktu akan menyembuhkan luka bekas operasi, apalagi kalau Cuma memar dalam
hati. Kalau kau berani, berpisahlah dengan suami mu. Kejar orang yang membawa
palu itu, lalu kau mengalami yang pertama aku ceritakan tadi.
Untuk sisa nya, mereka menikahi bukan
siapa-siapa. Mungkin di jodohkan, siapa tahu? Atau mereka mabuk ketika
mengucapkan janji pernikahan sehingga sama sekali tidak punya ide dengan siapa
mereka akan menghabiskan waktu hidup. Yang ini bukan pengalamanku, aku berharap
ini juga bukan pengalamanmu.
Beberapa manusia senang mencari. Ketika mereka
menemukan mereka tetap ingin mencari. Bahkan ketika mereka sudah mendapat
semua, mereka masih mencari. Beberapa yang lain gampang bersyukur, bahkan
ketika yang di dapat tidak sesuai dengan keinginan, mereka berhenti bersujud
berterimakasih pada alam. Kamu pilih sendiri, mau yang mana untuk masalah
cinta.
Cinta adalah sesuatu yang rumit. Dia
mencintaiku, aku mencintai nya yang lain, dia yang lain mencintai nya yang lain
lagi, dia yang lain lagi mencintai nya yang lain lagi lagi. Happy is about now,
present time. Not about the future or
the past..dengan siapa kamu menghabiskan detikmu sekarang itu lah cinta
sejatimu.
0 comments:
Post a Comment