Thursday, September 20, 2012 - 0 comments

Dear daughter


Dear daughter,
Suatu saat kamu akan menemukan bahwa cinta tidak semudah yang kita lihat di film atau kita baca di novel Harlequin. Hal itu semakin rumit jika cinta berhadapan dengan pernikahan. Aku berharap 25 tahun dari sekarang semua norma tentang pernikahan yang baik atau tidak baik sudah di hapus dari muka bumi ini, sehingga apa yang aku akan sampaikan sekarang sudah tidak relevan lagi. Bahagia untukmu.
Bagi beberapa orang yang beruntung, mereka akan menikahi orang yang mereka cintai. Itu juga kalau tidak dalam 5 atau 10 tahun kemudian cinta bertranformasi ke dalam bentuk yang lain. Eternal flame? Itu jika ketersediaan gas dalam bumi mencukupi, sehingga udara yang bergesekan bisa membentuk (seolah) api abadi. Abadi menurut siapa? Menurut usia kita? Belum tentu menurut usia anak cucu. Demikian pula cinta, atau semacamnya. Cinta di awal pernikahan yang menggebu bisa meredup ketika berhadapan dengan realita kehidupan. Belum tentu orang yang kita cintai setengah mati bisa menjadi rekan hidup. Ada kala nya mereka mengekang, ada kala nya ada sesuatu dalam diri kita yang hilang, itu mengakibatkan perasaan menjadi mengambang, bimbang, kemudian cinta hilang. Tapi ada beberapa yang pandai menyesuaikan diri, jika cinta berubah wujud mereka pun menyiapkan wadah baru untuk menampung wujud yang baru. Terus menerus. Selama sisa hidup mereka. Ketika lelah, mereka berpisah. Lalu melanjutkan siklus yang sama, hanya dengan orang yang berbeda. Sampai mereka mati.

Untuk sebagian orang lagi, mereka ditakdirkan menikahi sahabat mereka. Bagusnya dibanding dengan cinta yang bicara, ketika kita tidak sepaham itu tidak terlalu menyakitkan. Karena sahabat sudah terlatih menghadapi kita. Semua berjalan mulus, sedikit kerikil itu biasa, tapi tetap bisa sejalan bergandeng tangan. Jangan bicara rasa, toh cinta tidak selalu sempurna. Untuk kasus seperti ini, kau harus siap dengan segala konsekuensi. Ada saatnya kau akan bertemu dengan orang yang membuat hati mu serasa di pukul palu bertalu-talu. Memar, bengkak, tapi tidak sampai pecah. Sehingga pahit dan ngilu nya hanya kau yang tau. Lalu kau melihat suami mu. Ternyata menikah dan cinta adalah dua hal yang berbeda. Jika kau bijak maka kau akan tahu, bahwa tahapan perasaan yang kau rasakan kepada suami mu bisa saja lebih tinggi di banding dengan cinta palu-mu. Kau memang tidak merasakan apa pun, tapi apa yang dibutuhkan lagi jika semua sudah terpenuhi? Sedang cinta palu-mu itu, lupakan. Waktu akan menyembuhkan luka bekas operasi, apalagi kalau Cuma memar dalam hati. Kalau kau berani, berpisahlah dengan suami mu. Kejar orang yang membawa palu itu, lalu kau mengalami yang pertama aku ceritakan tadi.

Untuk sisa nya, mereka menikahi bukan siapa-siapa. Mungkin di jodohkan, siapa tahu? Atau mereka mabuk ketika mengucapkan janji pernikahan sehingga sama sekali tidak punya ide dengan siapa mereka akan menghabiskan waktu hidup. Yang ini bukan pengalamanku, aku berharap ini juga bukan pengalamanmu.
Beberapa manusia senang mencari. Ketika mereka menemukan mereka tetap ingin mencari. Bahkan ketika mereka sudah mendapat semua, mereka masih mencari. Beberapa yang lain gampang bersyukur, bahkan ketika yang di dapat tidak sesuai dengan keinginan, mereka berhenti bersujud berterimakasih pada alam. Kamu pilih sendiri, mau yang mana untuk masalah cinta.
Cinta adalah sesuatu yang rumit. Dia mencintaiku, aku mencintai nya yang lain, dia yang lain mencintai nya yang lain lagi, dia yang lain lagi mencintai nya yang lain lagi lagi. Happy is about now, present time. Not  about the future or the past..dengan siapa kamu menghabiskan detikmu sekarang itu lah cinta sejatimu.

0 comments:

Post a Comment