Thursday, October 10, 2013 - 0 comments

Privat Privacy

Baru baca link ini. Iya, saya telat menyadari untuk menjaga privasi anak. Berawal dari kesukaan nulis di blog, berlanjut terseret arus media sosial, membuat saya suka mendokumentasi kegiatan keluarga, baik melalui tulisan, status, tweet, maupun foto. Sempet heran waktu ada teman-teman yang ber-statement untuk tidak meng-upload foto anak mereka di internet. Saya pernah berpikir begini : aduh masa mereka ga mau pamer foto bayi mereka yang lucu-lucu sih, pelit amat.
Setelah membaca link tersebut saya berpikir ulang untuk mengikuti jejak mereka, teman-teman yang pelit itu. Yang justru menjaga privasi anak mereka. Anak-anak kita memang belum punya kemampuan menolak atau menyetujui ketika kita dengan jumawa nya meng-upload foto mereka, justru itu lah yang harusnya menjadikan kita, orang tua,  untuk tau diri, ga seenak hati memamerkan moment-moment mereka untuk dipamerkan.
Lalu saya mulai menghapus album-album di facebook. Wow, banyak banget, dan beberapa foto itu mengingatkan pada moment tertentu. Seperti kata Ajahn Brahm :  Buat apa kita menyimpan foto-foto? Bukankah hidup selalu berubah? Mengapa anda entah kenapa ingin menangkap momen hidup ini dan membekukannya?

Well, saya bukan biksu. Belum bisa ga memfoto kegiatan anak saya. Ga cukup ratusan atau ribuan, saya selalu membekukan momen anak saya yang mungkin tidak terulang bersamaan dengan nya tumbuh dewasa. Tapi setidaknya saya nggak overshare semua momen yang kami miliki,  yang baik dan yang buruk, sampai ia sendiri yang berkeinginan membagi nya.