Friday, September 14, 2012 - 0 comments

Buku


Dulu sewaktu hamil ketertarikan saya terhadap buku menjadi berubah. Tidak lagi mengejar buku best seller atau yang memenuhi keinginan pribadi. Suka nya mengoleksi buku panduan tentang ibu dan anak. Tentang menu bubur bayi dan pure (MPASI), menu anak balita, kiat anak susah makan, bahkan sampai majalah dan tabloid pun yang bertema ibu dan anak. I dont care about the world deh. My world is only about me and my baby.
Setelah Ara besar saya berpikir berarti saya harus care untuk terus memberinya buku bacaan. Berarti kalau ke toko buku saya harus cari buku bacaan anak dong ya. Jadi kalau punya anak koleksi buku nya ya Cuma buku anak-anak dong yes. Nothing else.  Ternyata saya salah *menunduk*
Ketika kita punya anak, bukan berarti kita hanya memberinya buku anak-anak untuk dibaca nya. Tapi kita tetap harus memberi diri kita buku. Bukan lagi hanya buku kesukaan kita lho, tapi buku yang berkenaan dengan tumbuh kembang anak. Biasanya kumpulan tips disediakan oleh tabloid Nakita. Mereka mengeluarkan banyak seri buku tergantung usia anak, bahkan ada pula yang mulai masa kehamilan. Tapi selain itu ada buku-buku yang biasanya kurang di lirik oleh orang tua karena tidak biasa. Yaitu buku pendidikan yang biasa di gunakan oleh tenaga pendidik. Ya kan saya bener kan? Apa anda para orang tua (tentunya yang tidak berkecimpung di dunia pendidikan) memilih untuk membeli buku panduan guru? Mungkin hanya sedikit ya yang kepikiran.
Buku yang saya maksud adalah buku-buku panduan pendidikan bagi anak. Salah satu yang saya sukai adalah “Aktivitas Tematik Untuk Anak” terbitan Erlangga. Di buku itu banyak panduan kegiatan untuk orang tua sesuai dengan tahap usia anak. Untuk orang tua awam seperti saya buku itu membantu. Karena kita bisa menyediakan permainan menarik untuk anak untuk menstimulasi perkembangannya sesuai dengan usia. Contohnya yang saya lakukan kemarin adalah mengenalkan bentuk. Lingkaran, persegi, persegi panjang, dll. Melalui permainan menyenangkan. Masih banyak lagi kok. You’ll figure it out by yourself ya.
Kita sebagai orang tua jangan membatasi diri untuk mendapat ilmu pengetahuan. Semakin banyak kita tau semakin kita bisa bekerjasama dengan guru anak untuk meengusahakan pendidikan yang tepat bagi buah hati. Contohnya ya, saya baru tau, dari buku “Permainan Edukatif yang mencerdaskan” terbitan PowerBook Publishing, kalau potongan di permainan puzzle itu harus sesuai dengan usia anak. Contohnya : usia 2-3 tahun potongan puzzle nya tidak boleh lebih dari 4 biji, usia 3-4 tahun potongan puzzle nya tidak boleh lebih dari 5 biji, dan usia TK  potongan puzzle nya tidak boleh lebih dari 6 biji. Soal puzzle ini saya jadi ingat ponakan. Jadi emak nya si bocah ini jualan puzzle. Beliau membeli nya grosiran, jenis nya seperti puzzle yang biasa di jual di depan sekolah dasar itu lho. Jadi gambarnya macam-macam, dari spongebob yang obvious sampai gambar ultraman yang sophisticated. Dan potongannya itu nauzubilah banyak nya. Semua bentuknya geometris, abstrak serta surreal. Karena tiap hari  dia melihat puzzle itu kayak mainan aja jadinya  sang ponakan bisa merangkai nya lho, padahal usianya baru 4 tahun. Dari spongebobo, Mc queen nya The Cars, sampai berbagai macam versi Ultraman. So? You tell me.
Jadi, mari perbanyak koleksi buku perkembangan anak nya, ya bundz J



0 comments:

Post a Comment