Dulu sewaktu hamil
ketertarikan saya terhadap buku menjadi berubah. Tidak lagi mengejar buku best
seller atau yang memenuhi keinginan pribadi. Suka nya mengoleksi buku panduan
tentang ibu dan anak. Tentang menu bubur bayi dan pure (MPASI), menu anak
balita, kiat anak susah makan, bahkan sampai majalah dan tabloid pun yang
bertema ibu dan anak. I dont care about the world deh. My world is only about
me and my baby.
Setelah Ara besar
saya berpikir berarti saya harus care untuk terus memberinya buku bacaan. Berarti
kalau ke toko buku saya harus cari buku bacaan anak dong ya. Jadi kalau punya
anak koleksi buku nya ya Cuma buku anak-anak dong yes. Nothing else. Ternyata saya salah *menunduk*
Ketika kita punya
anak, bukan berarti kita hanya memberinya buku anak-anak untuk dibaca nya. Tapi
kita tetap harus memberi diri kita buku. Bukan lagi hanya buku kesukaan kita
lho, tapi buku yang berkenaan dengan tumbuh kembang anak. Biasanya kumpulan
tips disediakan oleh tabloid Nakita. Mereka mengeluarkan banyak seri buku tergantung
usia anak, bahkan ada pula yang mulai masa kehamilan. Tapi selain itu ada
buku-buku yang biasanya kurang di lirik oleh orang tua karena tidak biasa.
Yaitu buku pendidikan yang biasa di gunakan oleh tenaga pendidik. Ya kan saya
bener kan? Apa anda para orang tua (tentunya yang tidak berkecimpung di dunia
pendidikan) memilih untuk membeli buku panduan guru? Mungkin hanya sedikit ya
yang kepikiran.
Buku yang saya
maksud adalah buku-buku panduan pendidikan bagi anak. Salah satu yang saya
sukai adalah “Aktivitas Tematik Untuk Anak” terbitan Erlangga. Di buku itu
banyak panduan kegiatan untuk orang tua sesuai dengan tahap usia anak. Untuk
orang tua awam seperti saya buku itu membantu. Karena kita bisa menyediakan
permainan menarik untuk anak untuk menstimulasi perkembangannya sesuai dengan
usia. Contohnya yang saya lakukan kemarin adalah mengenalkan bentuk. Lingkaran,
persegi, persegi panjang, dll. Melalui permainan menyenangkan. Masih banyak
lagi kok. You’ll figure it out by yourself ya.
Kita sebagai orang
tua jangan membatasi diri untuk mendapat ilmu pengetahuan. Semakin banyak kita
tau semakin kita bisa bekerjasama dengan guru anak untuk meengusahakan
pendidikan yang tepat bagi buah hati. Contohnya ya, saya baru tau, dari buku
“Permainan Edukatif yang mencerdaskan” terbitan PowerBook Publishing, kalau
potongan di permainan puzzle itu harus sesuai dengan usia anak. Contohnya :
usia 2-3 tahun potongan puzzle nya tidak boleh lebih dari 4 biji, usia 3-4
tahun potongan puzzle nya tidak boleh lebih dari 5 biji, dan usia TK potongan puzzle nya tidak boleh lebih dari 6
biji. Soal puzzle ini saya jadi ingat ponakan. Jadi emak nya si bocah ini
jualan puzzle. Beliau membeli nya grosiran, jenis nya seperti puzzle yang biasa
di jual di depan sekolah dasar itu lho. Jadi gambarnya macam-macam, dari
spongebob yang obvious sampai gambar ultraman yang sophisticated. Dan
potongannya itu nauzubilah banyak nya. Semua bentuknya geometris, abstrak serta
surreal. Karena tiap hari dia melihat
puzzle itu kayak mainan aja jadinya sang
ponakan bisa merangkai nya lho, padahal usianya baru 4 tahun. Dari spongebobo,
Mc queen nya The Cars, sampai berbagai macam versi Ultraman. So? You tell me.
Jadi, mari
perbanyak koleksi buku perkembangan anak nya, ya bundz J
0 comments:
Post a Comment