Thursday, September 29, 2011 - 0 comments

sembarang


Memang benar kata Ajahn Brahm, kalau semakin banyak kita memikirkan kebutuhan kita maka hal itu tidak akan pernah cukup. Apalagi jika behubungan dengan uang. Tidak peduli seberapa kecil atau seberapa besar uang yang kamu dapat tidak akan pernah bisa mencukupi keperluan mu akan dunia. Terkadang bila tiba waktunya saya memikirkan daftar kebutuhan hidup keluarga saya merasa takut. Takut jika saya tidak bisa berhenti membuat daftar itu. Memasukkan hal-hal yang seharusnya tidak di butuhkan ke dalam kategori primer. Lalu pada akhirnya tertahan pada pemikiran bahwa saya PASTI tidak mampu mencukupinya. Dan ketika saya berpikir bahwa saya tidak mampu dan masalah kebutuhan ini tidak terselesaikan berarti bahwa saya adalah seorang peragu. Karena saya adalah seorang religius paruh waktu, maka saya akan menjadi umat yang tidak percaya dengan kuasa Tuhan. Itu tidak menjadikan saya lebih buruk dari orang lain, hanya saja beban saya menjadi semakin berat.
Tuhan adalah penghiburan ketika kita berbeban berat. Biar saja ada yang ngomong bahwa Tuhan hanya alat manusia lari himpitan masalah kehidupan. Yang pasti bahwa jika percaya semua hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin. Klise. Tapi Tuhan, atau apapun disebut, ada di hati dan kepala kita, itu yang menggerakkan keinginan dan kemauan.
Iman itu bukan hanya ucapan syukur ketika kita dapat rejeki, justru iman adalah sebuah pengharapan teguh akan datangnya pertolongan saat kita terhimpit. Itu lah yang susah. Iman itu bukan symbol agama yang melekat pada raga kita. Iman itu jauh di dalam lubuk hati kecil yang mungkin tidak terlihat bahkan bila kita memakai mikroskop.
*tutup buku keuangan..kemon kita pray hard, play hard!*

0 comments:

Post a Comment