Wednesday, August 8, 2012 - 0 comments

Memori Lebaran


Halo, kami sekeluarga mengucapkan selamat lebaran, minal aidin wal faidzin bagi umat islam. Apa memori lebaran mu?
Biasanya di hari pertama lebaran di gunakan oleh umat islam menjenguk sodara yang telah meninggal sesaat setelah shalat Ied. Meskipun kami adalah keluarga nasrani tapi kami juga melakukan hal tersebut. Pagi hari di hari pertama lebaran kami berkumpul di rumah bapak mertua untuk selantunya mengunjungi makam ibu mertua. Makam ibu mertua saya berada di pemakaman umum di tengah kota Semarang yang di sebut Bergota. Bila waktu mengunjungi makam di hari sebelum puasa dan lebaran tiba maka itu adalah saat pemakaman tengah kota tersebut ramai dipenuhi oleh manusia yang tumpah ruah datang dari penjuru Semarang. Tapi seperti layaknya pemakaman lain di Indonesia, secara tiba-tiba tempat tersebut dipenuhi pula oleh pengemis yang entah dari mana asalnya.
Letak pemakaman Bergota memang agak masuk dari jalan utama, Jl. Pandanaran. Jadi sepanjang 300 Meter sebelum area pemakaman, jalan raya sudah dialih fungsikan menjadi pedestrian. Sedangkan ujung jalan utama dan ujung gang masuk di sekitar daerah tersebut sudah menjadi tempat parkir kendaraan. Tapi mirisnya sepanjang jalan yang dilalui para peziarah dipenuhi dengan pengemis. Mungkin jumlahnya dengan peziarah yang datang dan pergi berbanding lurus. Bila di bagian tengah jalan raya ada marka jalan, maka untuk pedestrian mendadak ini menjadi tempat para pengemis khusus (maaf) penderita lepra. Saya tidak tau sejak kapan penderita lepra dipajang di tengah jalan seperti itu, tapi siapapun pengatur nya saya kok tidak sepakat. Apa mungkin pertimbangannya adalah mereka yang mempunyai keterbatasan mendapat bagian tempat yang gampang mendapat sodakoh. Tapi menurut saya, di dunia ini rejeki tidak dapat dipastikan. Ia mengalun dengan iramanya sendiri. Mau ngemis di tengah atau di pinggir jalan kalau belum rejeki ya tidak dapat bagian. Sebelumnya saya minta maaf, tapi para penderita lepra itu bahkan ada yang secara akrobatik meminta-minta. Miris nggak sih? Mau ziarah ke makam saudara malah mendapat pemandangan seperti itu. Orang mau ngasih malah ngeri sendiri. Anak saya yang baru 2,5 tahun saja sampai heran. “Mah, Bapakna Kasian ya”. This is the way the world is spinning around, kid.
Dengan berbagai macam pemberitaan yang terbuka sekarang, masyarakat kita sudah lebih pintar. Bukannya suudzon ya, tapi kalau lihat pengemis pakai baju bagus, badan masih seger, apa ya rela ngasih uang Cuma-Cuma? Apalagi kalau lihat yang gendong anak, bukannya kasian malah kita jengkel. Aduh bu, please deh. Anaknya dititipin siapa kek di rumah. Kalau nggak ada yang dititipin yaaa...gimana ya..caranya gitu..ya gimana baiknya deh *grin*
Bedanya dengan pemakaman di desa ibu saya ya masalah pengemis ini. Hampir tidak ada yang namanya pengemis di desa. Apa ya rela ngukur jalan yang di temuin Cuma sawah :D jadi suasana ziarah lebih kerasa. Apalagi letak makam di desa ibu berada di pojok desa, melewati persawahan pula. Di kelilingi sawah dan sungai pemakaman di desa ibu memang lebih membuat merinding dari pada pemakaman di kota. Apalagi masih di naungi oleh pohon beringin yang sudah tua dan lapuk. Bila musim berangin makin bkin merinding, merinding suasana dan merinding ketakutan kalau-kalau dahan pohon patah :D beda banget sama yang di kota, oya, for yor information, pemakaman umum di Semarang yang bernama Bergota itu udah mirip sama pemukiman padat penduduk. Untuk area tertentu hampir tidak ada yang namanya jalan setapak untuk lewat manusia. Jelek nya sih, sampe harus nginjek makam lain kalau terpaksanya bener-bener buntu. Meskipun area nya luas ( mungkin kalau jadi perumahan udah jadi beberapa cluster) tapi suasana serem ga di dapat sedikitpun karena pohon disana pun pohon ramping. Misal kamboja, mengkudu dan pohon-pohon sejenisnya.
Ebedewe, Kok kita jadi ngomongin makam sih?! Serem deh :-S
Setelah berziarah kami pun pulang, terkadang mengunjungi saudara dulu baru pulang ke rumah masing-masing dengan kegiatan masing-masing.
Itu memori lebaran kami. Kamu?


0 comments:

Post a Comment