Saturday, December 31, 2011 - 0 comments

Sapeh day 1

Hari ini niat itu terlaksana. Menyapih Ara. Saya pernah mencari berbagai informasi tentang menyapih. Dari cara menyapih modern sampai menyapih cara tradisional. Bila di lihat dari perbedaan kedua nya justru tidak lebih manusiawi adalah menyapih cara tradisional. Anda harus menaipulasi kondisi payudara kepada si kecil. Dari mengolesi nya dengan bahan ramah misal nya dengan kunir sampai dengan cara kejam dengan cabai atau balsam. Terkadang yang tradisinoal justru malah menyeramkan. 

Untuk beberapa orang kondisi Ara yang 22 bulan masih nenen adalah hal yang mengejutkan. Bahkan untuk ukuran tante saya dan mbah pijet yang sudah malang melintang di dunia persilatan pun menganggap Ara sudah kasep. Meskipun saya sebenarnya masih ingin lulus adi sarjana ASI tapi ada beberapa alasan yang mengharuskan kami menyapih Ara. I know Life could be this cruel, kid. 

 

Pagi pagi kami sudah menyambangi rumah mbah sakat, mbah pijet langganan kami. Syarat yang harus kami bawa adalah gula, teh dan sebutir telur ayam (saya membawa dua butir). Setelah Ara di pijat kemudian embah membawa syarat ke dalam kamarnya untuk di doakan. Beberapa menit kemudian ia pun memanggil saya dan suami, sebagai orang tua si bayi, kami harus mengikuti apa yang embah lakukan. Anda bisa melihat cerita nya di postingan lain, I’ll write bout it I swear. Kemudian mbah memberi kami empat bungkus plastic. Plastic pertama berisi satu butir telur, saya harus merebus nya untuk kemudian di berikan pada Ara. Plastic kedua berisi garam, saya harus menyampurkannya pada garam yang biasa kami gunakan untuk memasak sehari-hari. Yang ketiga dan keeempat berisi gula dan teh, kami harus membagi nya menjadi dua bagian untuk di buat dan diminum oleh kami sekeluarga pada dua hari ini. 

Embah sembat bercanda kalau memang ini tidak berhasil kami boleh menuntut embah. Tapi beliau berpesan agar nenen saya boleh di olesi kunyit untuk menghasilkan efek sakit agar Ara tidak meminta nenen. Ia boleh memegang tapi tidak boleh menyusu. 

Setelah lama bermain di playland salah satu swalayan terkenal di semarang kami pun pulang. Ara kecapekan dan tertidur selama beberapa jam. Selama itu pun saya deg-deg an gimana hasilnya saat Ara bangun nanti. Apakah tiba-tiba ia amnesia pada nenen, atau tidak berhasil usaha embah pijet. 

Well, ia memang tidak minta nenen saat bangun tidur. Tapi setelah minum susu formula ia langsung meminta nenen ( karena memang biasa nya begitulah kebiasaan kami). Kelimpungan saya olesi payudara dengan kunyit, “kok enggak keliatan?” pikir saya, tak kalah akal saya cari betadine dan menuangkannya sedikit di atas putting. “dek, nenen nya ibu sakit”. Awalnya ia marah, lalu saya kasih kempeng. Ia pun asyik bermain kempeng. FYI, Ara tidak bisa ngempeng dan ngedot, itu yang memperberat keadaan *tsah. Ia hanya bermain-main dengan barang-barang itu.

Beberapa waktu kemudian ia kembali meminta nenen. Sebelumnya payudara saya sudah beri plester luka dan sedikit bubuhan betadine diatasnya. Dengan bumbu acting yang sudah terpendam begitu lama maka terciptalah drama ‘nenen luka “. Ara pun tertawa dengan acting saya. katanya “Nenen tatit tutup” ( Nenen sakit di tutup). 

Ini baru sore hari, saya nggak bisa bayangin nanti malam. Saat ia nggak sadar antara tidur dan bangun meminta nenen di tengah malam. 

Life could be so cruel, indeed. *menatap jendela menyapu lantai

0 comments:

Post a Comment